Waktu terasa begitu cepat berlalu.
Namun aku masih tertinggal di sini, dijaring rindu yang sunyi sepi.
Merindukanmu, seperti rasa yang tersesat dalam dada, terjebak dalam ruang hampa.
Rindu, tlah membius logika.
Memeluk, merasuk, tanpa sedikitpun malu. Hingga dalam sujud, kumohonkan rindu itu menjelma kamu.
Rindu semakin menyergap saat hari mulai gelap, ketika suara bising tak senyaring tadi siang.
Kini tinjuku melebam, berkali kali kuhamtamkan ke dinding kerinduan.
Bila rindu bagimu hanyalah sekedar sebaris ucapan, biarlah aku memenggalnya dalam jarak spasi kehidupan.
Tetap saja! Merindukanmu, aku bagai kembara dalam hempasan badai, mencari arah memeluk mimpi hingga derunya usai.
Dari getar aksara yang kau baca, seharusnya bisa kau rasa cintaku sedalam apa? Rinduku sejauh mana?
Apakah cinta jadi lebih mulia dengan setia? Ataukah cinta jadi terpuruk karena khianat?
Ah sudahlah!
Biarlah semua menjadi kenangan.
Kau tahu? Kenangan adalah sebaik-baik hadiah bagi mereka yang telah ikhlas ditinggalkan.
Hanya karena tlah lama tak kutulis sajak.
Comments
Post a Comment