Aku hanyalah hasil terjadinya pembuahan sel telur dan sperma. Ini
adalah bulan pertamaku. Semenjak pembuahan, sel telur itu selalu membelah diri
menjadi zigot. Lambat laun berjalan menyusuri rongga menuju rahim. Akupun menempelkan
diri pada rahim itu. Rahim seorang wanita muslimah. Sebut saja ibu. Namun ibu belum mengetahui kehadiranku. Mungkin aku masih terlalu lembut hingga ibu tak
merasakan apapun. Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat, kini usiaku di dalam
kandungan menginjak 2 bulan. Ibu sudah merasakan kejanggalan pada siklus
haidnya. Ibupun bergegas ke dokter kandungan bersama suaminya. Sebut saja ayah. Hasilnya positif
hamil. Mereka sangat bahagia, dan sangat mensyukuri kehadiranku. Di bulan kedua
ini lapisan calon jantungku sudah mulai berkembang, sistem syaraf otakku juga
mulai terbentuk. Panjangku kini 4-5 mm. Kecil sekali bak biji kedelai. Dan kini aku
bukan segumpal darah lagi, aku mulai tumbuh menjadi seonggok daging.
Lihatlah saat ibu
dan ayah memberi kabar gembira pada orangtua mereka. Sebut saja kakek dan nenek, pada tante-tanteku, dan
pada saudara saudaranya. Mereka sangatlah gembira, bahagia dengan raut wajah berseri bak
sekuntum bunga merekah. Mereka selalu memuja dan memuji Tuhanku yang telah
menciptakanku sedemikian rupa. Mereka selalu mengucap syukur dan mendoakan
keselamatanku, kesehatanku dan kelancaran pertumbuhanku. Oh mesranya. Tapi lihatlah
bagaimana perjuangan ibu karnaku. Dia selalu berusaha menahan rasa mual yang
dahsyat. Hingga akhirnya tak kuasa lagi menahannya. Apa yang ia makan, apa yang
dia minum, semua dia muntahkan. Oh ibu, maafkan aku. Kehadiranku di rahimmu
membuat hormon dalam tubuhmu berubah drastis, menjadi tidak stabil.
Namun ibu,
lihatlah ini. Calon kakiku sudah muncul, bentuknya mirip sirip, imut dan lucu
sekali. Ibu, kini ukuranku bertambah menjadi 20 mm. Aku akan berusaha tumbuh
dan berkembang dengan sempurna. Aku senang ibu dan ayah selalu melantunkan
ayat-ayat suci Al-qur’an untukku. Alunan syair syair itu menentramkanku.
Membuatku tambah merasa nyaman sekali tinggal di dalam rahimmu yang kokoh ini.
Kata Tuhan, Allah adalah Tuhanku dan tiada Tuhan selain Dia. Dan yang aku
dengar dari ibu, Al-qur’an adalah kitab suci firman Allah. Saat aku lahir
nanti, aku ingin mahir melantunkan ayat-ayat suci Al-qur’an seperti ibu. Ibu, kenapa
engkau lemas? Engkau tak pernah beranjak dari tempat tidurmu. Setiap saat
engkau meludah, sering pula engkau muntah. Ibu, bertahanlah demi aku. Aku
membutuhkan kesabaran dan keikhlasanmu. Ibu, kini aku beranjak memasuki bulan ketiga
berada dalam rahimmu. Aku senang kini ibu mulai nafsu makan. Teruslah makan
sayur dan buah-buahan ibu, aku menyukainya. Mereka menyehatkanku.
Ibu, ini sudah
bulan ketiga, namun aku tak kunjung tumbuh berkembang. Seharusnya ukuranku
sudah mencapai 30 mm, seukuran biji mlinjo, tapi? Ibu, aku cemas, hingga saat
ini Tuhan belum menampakkan alat kelaminku. Jantungku belum berdetak, mataku
belum mengerdip, dan mulutku belum mau terbuka. Ibu, aku takut. Ibu, rahimmu
terlalu kuat, terlalu kokoh, terlalu hangat dan nyaman untuk tempatku bersinggah,
aku tak mau meninggalkannya. Namun ibu, maafkan aku, sekali lagi maafkan aku, kali ini aku goyah, aku layu, aku rapuh.
Aku tahu semalam
ibu dan ayah memeriksakan kondisiku ke dokter kandungan. Benar saja apa kata
dokter, bahwa aku terlalu kecil untuk janin usia 3 bulan. Aku tahu kalian
sangat sedih dan panik. Maafkan aku. Ibu, aku tak tahan lagi berada di sini
tanpa adanya perkembangan. Maafkan aku ibu, ayah, kakek, nenek, tante-tanteku
dan saudara-saudaraku.
Pagi ini aku luruh
lantak. Aku hancur, aku kembali menjadi darah merah, mengalir ke pelipis kaki
ibu. Ibu, maafkan aku atas keguguranku, aku layu sebelum sempat berkembang. Tuhan,
sampaikan terimakasihku pada ibu, yang telah banyak berkorban demi aku. Pada
ayah yang 24 jam menjaga ibu. Pada kakek nenek yang selalu memberi yang terbaik
untuk ibuku. Pada tanteku yang selalu siap membelikan makanan ataupun minuman
apa saja yang ibukku mau.
Terimakasih ibu,
ikhlaskan calon anak pertamamu ini, aku pamit. Aku janji, aku akan berdoa
meminta kepada Tuhan agar memberikan adik-adik yang kuat, berkembang dengan
sempurna, sholeh dan sholehah, yang akan menjadi anak kebanggaan ibu dan ayah.
Tak seperti aku yang belum sempat melihat cantik parasmu ibu. Ibu, aku yang
belum sempat sempurna akan menyambut kalian di syurga.
Aku, janin dalam rahimmu, yang gugur di usia kandungan 3 bulan.
***
“kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka, Maha
Sucilah Allah Pencipta Yang Paling Baik”
(Al-Mu’minun 13-14).
Cerpen ini pernah memenuhi halaman rubrik cerpen di BUKIT (buletin Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). membuat banyak pembaca luluh terenyuh hingga meneteskan airmata. alur cerita terinspirasi dari kisah nyata, tragedi keguguran kandungan pertama kakakku tercinta. semoga calon keponakanku bahagia di syurgaNya. amin...
Comments
Post a Comment